Tanggamus Lampung - Tahun 2009 menjadi awal dari langkah besar Asril di dunia jurnalistik. Dengan semangat muda yang berkobar, ia direkrut oleh Pak Irmiyadi untuk bergabung dengan surat kabar cetak *Patroli Bangsa"di Tanggamus. Jurnalistik bagi Asril bukan hanya profesi, melainkan panggilan hati—suatu bentuk pengabdian untuk mengangkat kebenaran dan memperjuangkan hak-hak masyarakat.
Setelah dua tahun berkarier, Asril dihadapkan pada pilihan yang mengubah arah hidupnya. Ia memutuskan mengambil jeda dari dunia jurnalistik dan menerima tawaran untuk bekerja di Kacap Jari Talang Padang. Empat tahun ia menjalani rutinitas baru, namun semangatnya sebagai jurnalis tak pernah padam. Di lubuk hatinya, ia selalu merindukan dunia yang penuh dinamika berita.
Hidup kemudian membawanya ke Bekasi, di mana ia bekerja selama tiga tahun sebagai operator pabrik di PT. Surya Putra Abadi. Di tengah kesibukan kota itu, Asril menemukan kedamaian dalam bekerja di "Kopi Nalar", sebuah kafe di Kemang, Jakarta. Meski jauh dari dunia jurnalistik, interaksi dengan pelanggan serta aroma kopi memberinya ketenangan yang berbeda. Namun, pandemi COVID-19 datang membawa perubahan. Asril harus kembali ke kampung halaman, melanjutkan perjalanan hidupnya yang penuh liku.
Di Pekanbaru, Riau, ia bekerja sebagai fitter di PT. Tiga Pilar Energi. Namun, takdir membawanya kembali ke dunia yang selalu merindu kehadirannya. Pada tahun 2021, ia bergabung dengan media online *Kabar Mesuji", yang kemudian berubah nama menjadi "Trikora Pos". Di sana, Asril kembali menyuarakan kepentingan masyarakat, menjadi jembatan bagi aspirasi yang sering terabaikan.
"Bebas mengekspresikan diri, tak terikat jam kerja, dan bisa menyalurkan suara rakyat," ujar Asril dengan penuh rasa syukur. Jurnalistik baginya bukan sekadar menulis, melainkan sebuah misi menyuarakan mereka yang tak terdengar.
Kini, selain kembali ke dunia jurnalistik, Asril juga menjalani peran sebagai staf KAUR di Pekon Banjar Sari, tempatnya telah mengabdi selama satu bulan dengan ketulusan. Ia juga aktif sebagai pengurus Kesti TTKKDH di Kabupaten Tanggamus, menunjukkan komitmen yang kuat terhadap tradisi dan komunitas lokal.
Kisah Asril adalah bukti keteguhan seorang jurnalis yang tak pernah kehilangan arah meski sempat tersesat dalam arus kehidupan. Baginya, perjalanan hidup bukan soal karier, melainkan tentang bagaimana setiap langkah yang diambil selalu mengarah pada pengabdian kepada masyarakat—dan pada akhirnya, selalu kembali ke akar jurnalistik yang menjadi cinta pertamanya.
0 Komentar